Minggu, 29 April 2012

Makalah sosiologi- mobilitas sosial



I.                   PENDAHULUAN

Ilmu sosial menunjukan pada obyeknya yaitu masyarakat. Fenomena sosial yang disebut dengan istilah mobilitas kini telah menjadi sasaran penelitian sosial yang semakin menarik, bukan hanya bagi kalangan sarjana ilmu sosial tetapi juga bagi instansi pemerintah.
Keinginan untuk mencapai status dan penghasilan yang lebih tinggi daripada apa yang pernah dicapai oleh orang tua seseorang, merupakan impian setiap orang. Keinginan­-keinginan itu adalah normal, karena pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Konsep Tentang Mobilitas Sosial
B.     Sifat Dasar Mobilitas Sosial
C.     Manfaat dan Kerugian Mobilitas Sosial
D.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
E.     Dampak Mobilitas Sosial Terhadap Komposisi Penduduk

III.             PEMBAHASAN
A.    Konsep Tentang Mobilitas Sosial
Fenomena sosial di dalam tubuh masyarakat demi kepentingan metodologi lazim dibagi dua, yaitu mobilitas sosial dan mobilitas geografik. Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Sementara, kata sosial dalam istilah mobilitas sosial adalah untuk menekankan bahwa istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Jadi, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok orang dari strata sosial  yang satu ke strata sosial  yang lain.sedangkan mobilitas geografik adalah perpindahan orang atau kelompok dari satu daerah ke daerah yang lain.[1] Sebagai contoh untuk terjadinya perubahan status sosial, seseorang terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya karena ketiadaan lapangan kerja, atau sebaliknya mobilitas sosial seringkali mengakibatkan adanya mobilitas geografi yang disertai dengan segala kerugian yang menyakitkan, yakni lenyapnya ikatan sosial yang sudah demikian lama terjalin. Demikian halnya mobilitas geografis akan mempengaruhi terha­dap mobilitas sosial.[2]
Apabila seorang guru kemudian pindah dan beralih pekerjaan menjadi pemilik toko buku, dia melakukan gerak sosial. Juga apabila seseorang yang semula mendapat gaji bulanan sebesar Rp. 250.000,00 kemudian pindah pekerjaan karena tawaran dengan gaji yang lebih tinggi.        Tipe-tipe gerak sosial ada dua macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal.
a)      Gerak sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Contohnya seseorang yang beralih kewarganegaraan beralih pekerjaan yang sederajat. Dengan adanya gerak sosial horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu objek sosial.

b)      Gerak  sosial vertikal merupakan perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial kekedudukan lainnya, yang tidak sederajat. Terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu yang naik (sosial-climbing) dan yang turun (sosial-sinking).
Gerak sosial vertikal yang naik mempunyai 2 bentuk utama:
·           Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi,
·           Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
Gerak sosial vertikal yang menurun mempunyai 2 bentuk utama:
·           Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya,
·           Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.[3]
B.     Sifat Dasar Mobilitas Sosial
Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.[4]
Pada masyarakat berkasta yang sifatnya tertutup, hampir tak ada gerak sosial yang Vertikal karena kedudukan seseorang telah ditentukan sejak dilahirkan. Pekerjaan, pendidikan dan seluruh pola hidupnya. Karena struktur sosial masyarakatnya tidak memberikan peluang untuk mengadakan perubahan.
Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak dicapai tergantung pada usaha dan kemampuan si individu. Memang benar bahwa anak seorang pengusaha mempunyai peluang yang lebih baik dan lebih besar daripada anak seorang tukang sapu jalan. Akan tetapi, kebudayaan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak tukang sapu untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan yang semula dipunyainya. Namun kenyataan tidaklah seideal itu. Dalam masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-kesulitan, misalnya birokrasi (dalam arti yang kurang baik), biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat, dan lain sebagainya.[5]
Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial para individu berbeda, maka mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, maka tentu saja kebanyakan orang akan terkungkung dalam status para nenek moyang mereka.
C.     Manfaat dan Kerugian Mobilitas Sosial
Meskipun mobilitas sosial memungkinkan masyarakat untuk mengisi kursi jabatan dengan orang yang paling ahli dan memberikan kesempatan bagi orang untuk mencapai tujuan hidupnya, namun mobilitas sosial pun memiliki beberapa kerugian.  Manfaat mobilitas sosial tidak dapat dipisahkan dari kerugiannya. Ditinjau dari sudut individu dan masyarakat, mungkin saja masyarakat yang bersistem sosial terbuka bersifat menguntungkan. Akan tetapi masyarakat seperti itu tetap memiliki konsekuensi negatif.
Konsekuensi negatif tersebut mencakup kecemasan akan penurunan status bila terjadi mobilitas menurun; ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang ditingkatkan; keretakan antar anggota kelompok primer, karena seseorang berpindah status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah. Seseorang yang dinaikan jabatannya mungkin saja merasa cemburu melihat ketenangan masyarakat yang kurang mobil.orang tua dan putra-putrinya dapat saling merasa sebagai orang asing.
Beberapa studi lainnya telah pula mengemukakan bahwa mobilitas-menurun berkaitan dengan banyak hal yang mencemaskan, seperti misalnya gangguan kesehatan, keretakan keluarga, perasaan terasing (alienasi) dan keterpencilan sosial (social distance). Namun demikian, penyebab dan akibatnya tidak dapat diidentifikasi. Hal-hal yang mencemaskan seperti itu dapat saja merupakan penyebab ataupun akibat dari mobilitas menurun. Baik bagi individu maupun masyarakat, manfaat dan kerugian mobilitas sosial, serta masyarakat bersistem terbuka, masih dapat diperdebatkan.[6]
D.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
1.      Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Contohnya ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan jumlahpelamar kerja.
a.       Struktur Pekerjaan
Sebuah masyarakat yang kegiatan ekonominya berbasis industri dengan teknologi canggih, tentunya yang berstatus tinggi akan lebih banyak dibandingkan dengan yang berkedudukan rendah. Sehingga untuk itu yang berkedudukan rendah akan terpacu untuk menaikkan kedudukan sosial ekonominya.
b.      Perbedaan Fertilitas
Setiap masyarakat memiliki tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi  atau rendah. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap proses mobilitas sosial yang akan berlangsung.
c.       Ekonomi Ganda
Setiap negara yang menerapkan sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern) sebagaimana terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika, tentunya akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang berstatus tinggi maupun yang rendah. Bagi masyarakat yang berada dalam tekanan sistem ekonomi ganda seperti ini, mobilitasnya terrgantung pada keberhasilan dalam melakukan pekerjaan di bidang yang diminatinya karena dalam masyarakat seperti ini (modern) kenaikan status sosial sangat dipengaruhi oleh faktor prestasi.
2.      Faktor Individu
Faktor individu ini lebih menekankan pada kualitas dari orang perorang, baik dilihat dari tingkat pendidikan, penampilan maupun keterampilan pribadinya.
a.       Perbedaan Kemampuan
Setiap inidvidu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
b.      Orientasi Sikap Terhadap Mobilitas
Setiap individu memiliki cara yang beragam dalam mengupayakan meningkatkan prospek mobilias sosialnya.
c.       Faktor Kemujuran
Usaha adalah sebagai proses untuk meraih kesuksesan. Tetapi kemujuran tetap berada pada posisi yang tidak bisa kita anggap sepele.
3.      Faktor Status Sosial
Status sosial orang tua akan terwarisi kepada anak-anaknya.
4.      Faktor Keadaan Ekonomi
Masyarakat desa yang melakukan urbanisasi karena akibat himpitan ekonomi di desa. Masyarakat ini kemudian bisa dikatakan sebagai masyarakat yang mengalami mobilitas.
5.      Faktor Situasi Politik
Kondisi politik suatu negara dapat menjadi penyebab terjadinya mobilitas sosial. Karena dengan kondisi politik yang tidak menentu akan sangat berpengaruh terhadap struktur keamanan. Sehingga, memunculkan sebuah keinginan masyarakat untuk pindah ke daerah yang lebih aman.
6.      Faktor Kependudukan (demografi)
Dengan pertambahan jumlah penduduk yang pesat dapat mengakibatkan sempitnya lahan pemukiman dan mewabahnya kemiskinan, sehingga menuntut masyarakat untuk melakukan transmigrasi.[7]
7.      Keinginan melihat daerah lain
Apabila keinginan melihat daerah lain itu dikuasai oleh jiwa (mentalitas) mengembara, biasanya kuantitas mobilitas agak terbatas pada orang-orang atau suku bangsa tertentu. Suku minangkabau dan suku Batak misalnya, sering dikatakan memiliki jiwa petualang. Ada semacam naluri yang hidup didalam jiwa pemuda Minang dan batak untuk merantau ke daerah lain, atau melihat kehidupan di kota lain, sebelum mereka menjalankan pekerjaannya ditempat yang tetap.[8]
E.     Dampak Mobilitas Sosial Terhadap Komposisi Penduduk
1.      Dampak Positif
Bisa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan berprestasi agar dapat memperoleh status yang lebih tinggi.
2.      Dampak Negatif
Setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif, dan hal itu bisa berupa konflik. Dalam masyarakat bayak ragam konflik yang mungkin terjadi akibat dari terjadinya mobilitas ini, seperti terjadinya konflik antar kelas, antar generasi, antar kelompok dan lain sebagainya. Sehingga akan berakibat pada menurunnya solidaritas baik kelompok atau antar kelompok.[9]





IV.             KESIMPULAN
mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok orang strata sosial  yang satu ke strata sosial  yang lain.
Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.
Manfaat mobilitas sosial tidak dapat dipisahkan dari kerugiannya. Ditinjau dari sudut individu dan masyarakat, mungkin saja masyarakat yang bersistem sosial terbuka bersifat menguntungkan. Akan tetapi masyarakat seperti itu tetap memiliki konsekuensi negatif.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial Faktor Struktural, Faktor individu, faktor status sosial, faktor keadaan ekonomi, faktor situasi politik, faktor kependudukan, dan faktor keinginan melihat daerah lain.
Dampak positif dapat memberikan motivasi, dampak positif berupa konflik.

V.                PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari dosen yang membangun sangat kami harapkan. Agar dalam makalah kami kedepannya bisa lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA

·         B. Horton Paul dkk, Sosiologi, Jakarta:PT Erlangga, 1999
·         Khafi Syatra Abdul, Buku Pintar Sosiologi, Yogyakarta: PT. Garailmu, 2010
·         OC Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, Yogyakarta: PT KANISIUS , 1989
·         Soekanto soerjono, sosiologi suatu Pengantar , Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2006


[1]  Drs. D. Hendropuspito OC, Sosiologi Sistematik (PT KANISIUS, Yogyakarta: 1989) hlm, 331
[2] http://www.
[3] Soerjono Soekanto, sosiologi suatu Pengantar (PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta:2006) hlm, 220
[4] Paul B. Horton dkk, Sosiologi (PT Erlangga, Jakarta:1999) hlm, 36
[5]  Ibid, Soerjono Soekanto, sosiologi suatu Pengantar, hlm: 221
[6] Ibid, Paul B. Horton dkk, Sosiologi, hlm: 39-41
[7] Abdul Khafi Syatra, Buku Pintar Sosiologi, (PT. Garailmu, Yogyakarta: 2010) hlm, 183-187
[8] Ibid, Drs. D. Hendropuspito OC, Sosiologi Sistematik, hlm: 336
[9]  Ibid, Abdul Khafi Syatra, Buku Pintar Sosiologi, hlm: 190

1 komentar: