I.
PENDAHULUAN
Ilmu sosial menunjukan pada obyeknya yaitu masyarakat. Fenomena
sosial yang disebut dengan istilah mobilitas kini telah menjadi sasaran
penelitian sosial yang semakin menarik, bukan hanya bagi kalangan sarjana ilmu
sosial tetapi juga bagi instansi pemerintah.
Keinginan untuk mencapai status dan penghasilan yang lebih tinggi
daripada apa yang pernah dicapai oleh orang tua seseorang, merupakan impian
setiap orang. Keinginan-keinginan itu adalah normal, karena pada
dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Konsep
Tentang Mobilitas Sosial
B.
Sifat
Dasar Mobilitas Sosial
C.
Manfaat
dan Kerugian Mobilitas Sosial
D.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
E.
Dampak
Mobilitas Sosial Terhadap Komposisi Penduduk
III.
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Tentang Mobilitas Sosial
Fenomena sosial di dalam tubuh masyarakat demi kepentingan
metodologi lazim dibagi dua, yaitu mobilitas sosial dan mobilitas geografik. Mobilitas
berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau
banyak bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Sementara, kata sosial dalam
istilah mobilitas sosial adalah untuk menekankan bahwa istilah tersebut
mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam
kelompok sosial. Jadi, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang
atau kelompok orang dari strata sosial yang satu ke strata sosial yang lain.sedangkan mobilitas geografik adalah
perpindahan orang atau kelompok dari satu daerah ke daerah yang lain.[1] Sebagai contoh untuk terjadinya perubahan status
sosial, seseorang terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya karena ketiadaan
lapangan kerja, atau sebaliknya mobilitas sosial seringkali mengakibatkan
adanya mobilitas geografi yang disertai dengan segala kerugian yang
menyakitkan, yakni lenyapnya ikatan sosial yang sudah demikian lama terjalin.
Demikian halnya mobilitas geografis akan mempengaruhi terhadap mobilitas
sosial.[2]
Apabila seorang guru kemudian pindah dan beralih pekerjaan menjadi
pemilik toko buku, dia melakukan gerak sosial. Juga apabila seseorang yang
semula mendapat gaji bulanan sebesar Rp. 250.000,00 kemudian pindah pekerjaan
karena tawaran dengan gaji yang lebih tinggi. Tipe-tipe gerak sosial ada dua macam,
yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal.
a)
Gerak
sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya
dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Contohnya
seseorang yang beralih kewarganegaraan beralih pekerjaan yang sederajat. Dengan
adanya gerak sosial horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang ataupun suatu objek sosial.
b)
Gerak sosial vertikal merupakan perpindahan
individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial kekedudukan lainnya,
yang tidak sederajat. Terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu yang
naik (sosial-climbing) dan yang turun (sosial-sinking).
Gerak sosial vertikal yang naik mempunyai 2 bentuk utama:
Gerak sosial vertikal yang naik mempunyai 2 bentuk utama:
·
Masuknya
individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih
tinggi,
·
Pembentukan
suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi
dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
Gerak sosial
vertikal yang menurun mempunyai 2 bentuk utama:
·
Turunnya
kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya,
·
Turunnya
derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai
kesatuan.[3]
B.
Sifat
Dasar Mobilitas Sosial
Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang
memiliki tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas
sosial tertutup adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.[4]
Pada masyarakat berkasta yang sifatnya tertutup, hampir tak ada
gerak sosial yang Vertikal karena kedudukan seseorang telah ditentukan sejak
dilahirkan. Pekerjaan, pendidikan dan seluruh pola hidupnya. Karena struktur
sosial masyarakatnya tidak memberikan peluang untuk mengadakan perubahan.
Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak dicapai
tergantung pada usaha dan kemampuan si individu. Memang benar bahwa anak
seorang pengusaha mempunyai peluang yang lebih baik dan lebih besar daripada
anak seorang tukang sapu jalan. Akan tetapi, kebudayaan dalam masyarakat tidak
menutup kemungkinan bagi anak tukang sapu untuk memperoleh kedudukan yang lebih
tinggi dari kedudukan yang semula dipunyainya. Namun kenyataan tidaklah seideal
itu. Dalam masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-kesulitan, misalnya birokrasi
(dalam arti yang kurang baik), biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam
dengan kuat, dan lain sebagainya.[5]
Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang
sosial para individu berbeda, maka mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang
sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas
sosial rendah, maka tentu saja kebanyakan orang akan terkungkung dalam status
para nenek moyang mereka.
C.
Manfaat
dan Kerugian Mobilitas Sosial
Meskipun mobilitas sosial memungkinkan masyarakat untuk mengisi
kursi jabatan dengan orang yang paling ahli dan memberikan kesempatan bagi
orang untuk mencapai tujuan hidupnya, namun mobilitas sosial pun memiliki
beberapa kerugian. Manfaat mobilitas
sosial tidak dapat dipisahkan dari kerugiannya. Ditinjau dari sudut individu
dan masyarakat, mungkin saja masyarakat yang bersistem sosial terbuka bersifat
menguntungkan. Akan tetapi masyarakat seperti itu tetap memiliki konsekuensi
negatif.
Konsekuensi negatif tersebut mencakup kecemasan akan penurunan
status bila terjadi mobilitas menurun; ketegangan dalam mempelajari peran baru
dari status jabatan yang ditingkatkan; keretakan antar anggota kelompok primer,
karena seseorang berpindah status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih
rendah. Seseorang yang dinaikan jabatannya mungkin saja merasa cemburu melihat
ketenangan masyarakat yang kurang mobil.orang tua dan putra-putrinya dapat
saling merasa sebagai orang asing.
Beberapa studi lainnya telah pula mengemukakan bahwa
mobilitas-menurun berkaitan dengan banyak hal yang mencemaskan, seperti
misalnya gangguan kesehatan, keretakan keluarga, perasaan terasing (alienasi)
dan keterpencilan sosial (social distance). Namun demikian, penyebab dan
akibatnya tidak dapat diidentifikasi. Hal-hal yang mencemaskan seperti itu
dapat saja merupakan penyebab ataupun akibat dari mobilitas menurun. Baik bagi
individu maupun masyarakat, manfaat dan kerugian mobilitas sosial, serta
masyarakat bersistem terbuka, masih dapat diperdebatkan.[6]
D.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
1.
Faktor
Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang
bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Contohnya
ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan
jumlahpelamar kerja.
a.
Struktur
Pekerjaan
Sebuah masyarakat yang kegiatan ekonominya berbasis industri dengan
teknologi canggih, tentunya yang berstatus tinggi akan lebih banyak
dibandingkan dengan yang berkedudukan rendah. Sehingga untuk itu yang
berkedudukan rendah akan terpacu untuk menaikkan kedudukan sosial ekonominya.
b.
Perbedaan
Fertilitas
Setiap masyarakat memiliki tingkat fertilitas (kelahiran) yang
berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan
yang mempunyai kedudukan tinggi atau
rendah. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap proses mobilitas sosial yang
akan berlangsung.
c.
Ekonomi
Ganda
Setiap negara yang menerapkan sistem ekonomi ganda (tradisional dan
modern) sebagaimana terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika, tentunya akan
berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang berstatus tinggi maupun yang rendah.
Bagi masyarakat yang berada dalam tekanan sistem ekonomi ganda seperti ini,
mobilitasnya terrgantung pada keberhasilan dalam melakukan pekerjaan di bidang
yang diminatinya karena dalam masyarakat seperti ini (modern) kenaikan status
sosial sangat dipengaruhi oleh faktor prestasi.
2.
Faktor
Individu
Faktor individu ini lebih menekankan pada kualitas dari orang
perorang, baik dilihat dari tingkat pendidikan, penampilan maupun keterampilan
pribadinya.
a.
Perbedaan
Kemampuan
Setiap inidvidu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
b.
Orientasi
Sikap Terhadap Mobilitas
Setiap individu memiliki cara yang beragam dalam mengupayakan
meningkatkan prospek mobilias sosialnya.
c.
Faktor
Kemujuran
Usaha adalah sebagai proses untuk meraih kesuksesan. Tetapi kemujuran
tetap berada pada posisi yang tidak bisa kita anggap sepele.
3.
Faktor
Status Sosial
Status sosial orang tua akan terwarisi kepada anak-anaknya.
4.
Faktor
Keadaan Ekonomi
Masyarakat desa yang melakukan urbanisasi karena akibat himpitan
ekonomi di desa. Masyarakat ini kemudian bisa dikatakan sebagai masyarakat yang
mengalami mobilitas.
5.
Faktor
Situasi Politik
Kondisi politik suatu negara dapat menjadi penyebab terjadinya
mobilitas sosial. Karena dengan kondisi politik yang tidak menentu akan sangat
berpengaruh terhadap struktur keamanan. Sehingga, memunculkan sebuah keinginan
masyarakat untuk pindah ke daerah yang lebih aman.
6.
Faktor
Kependudukan (demografi)
Dengan pertambahan jumlah penduduk yang pesat dapat mengakibatkan
sempitnya lahan pemukiman dan mewabahnya kemiskinan, sehingga menuntut
masyarakat untuk melakukan transmigrasi.[7]
7.
Keinginan
melihat daerah lain
Apabila keinginan melihat daerah lain itu dikuasai oleh jiwa
(mentalitas) mengembara, biasanya kuantitas mobilitas agak terbatas pada
orang-orang atau suku bangsa tertentu. Suku minangkabau dan suku Batak
misalnya, sering dikatakan memiliki jiwa petualang. Ada semacam naluri yang
hidup didalam jiwa pemuda Minang dan batak untuk merantau ke daerah lain, atau
melihat kehidupan di kota lain, sebelum mereka menjalankan pekerjaannya
ditempat yang tetap.[8]
E.
Dampak
Mobilitas Sosial Terhadap Komposisi Penduduk
1.
Dampak
Positif
Bisa memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan berprestasi
agar dapat memperoleh status yang lebih tinggi.
2.
Dampak
Negatif
Setiap perubahan (mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif,
dan hal itu bisa berupa konflik. Dalam masyarakat bayak ragam konflik yang
mungkin terjadi akibat dari terjadinya mobilitas ini, seperti terjadinya
konflik antar kelas, antar generasi, antar kelompok dan lain sebagainya.
Sehingga akan berakibat pada menurunnya solidaritas baik kelompok atau antar
kelompok.[9]
IV.
KESIMPULAN
mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok
orang strata sosial yang satu ke strata
sosial yang lain.
Masyarakat yang berkelas sosial terbuka adalah masyarakat yang
memiliki tingkat mobilitas yang tinggi sedangkan masyarakat yang berkelas
sosial tertutup adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang rendah.
Manfaat mobilitas sosial tidak dapat dipisahkan dari kerugiannya.
Ditinjau dari sudut individu dan masyarakat, mungkin saja masyarakat yang
bersistem sosial terbuka bersifat menguntungkan. Akan tetapi masyarakat seperti
itu tetap memiliki konsekuensi negatif.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial Faktor Struktural,
Faktor individu, faktor status sosial, faktor keadaan ekonomi, faktor situasi
politik, faktor kependudukan, dan faktor keinginan melihat daerah lain.
Dampak positif dapat memberikan motivasi, dampak positif berupa konflik.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran dari dosen yang membangun sangat kami harapkan. Agar dalam makalah kami
kedepannya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
·
B.
Horton Paul dkk, Sosiologi, Jakarta:PT Erlangga, 1999
·
Khafi
Syatra Abdul, Buku Pintar Sosiologi, Yogyakarta: PT. Garailmu, 2010
·
OC
Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, Yogyakarta: PT KANISIUS , 1989
·
Soekanto
soerjono, sosiologi suatu Pengantar , Jakarta :PT. Raja Grafindo
Persada, 2006
[1] Drs. D. Hendropuspito OC,
Sosiologi Sistematik (PT KANISIUS, Yogyakarta: 1989) hlm, 331
[2] http://www.
[3] Soerjono Soekanto, sosiologi suatu Pengantar (PT. Raja Grafindo
Persada,Jakarta:2006) hlm, 220
[4] Paul B. Horton dkk, Sosiologi (PT Erlangga, Jakarta:1999) hlm, 36
[5] Ibid, Soerjono Soekanto,
sosiologi suatu Pengantar, hlm: 221
[6] Ibid, Paul B. Horton dkk, Sosiologi, hlm: 39-41
[7] Abdul Khafi Syatra, Buku Pintar Sosiologi, (PT. Garailmu, Yogyakarta:
2010) hlm, 183-187
[8] Ibid, Drs. D. Hendropuspito OC, Sosiologi Sistematik, hlm: 336
[9] Ibid, Abdul Khafi Syatra, Buku
Pintar Sosiologi, hlm: 190
makasih sngat mmbantu,,
BalasHapus