Selasa, 22 Mei 2012

cerpen_ Mom, u'r my everything


mom Mom, U’r My Everything

Sepuluh Tahun yang lalu….
“bu.. Yolla mau permen lollipop itu” rengekku didepan toko,
“Yolla, jangan kebanyakan permen ntar gigimu rusak, tidak boleh ya…” kata Ibu
Aku menarik-narik baju ibu, dan berlari menangis… Ibu hanya menggendongku dengan nakalnya aku tetap merengek sampai rumah.
Juli 2012…
““Yolla… ayo berangkat!!” suara itu bersumber dari luar, tapi jelas mekekik ditelingaku hampir setiap hari aku mendengarnya.Ya suara kak Yogi, yang sekarang baru menjadi mahasiswa jurusan Ekonomi. Kami kakak beradik yang jarang akur, terlebih kak Yogi sering marah gara-gara hal sepele.
Dengan sedikit malas kucoba membuka mata dan melirik jam yang ternyata sudah menunjukan pukul setengah tujuh. Tanpa basa-basi, aku langsung berdiri dan pergi menuju kamar mandi. Jangan heran, kayanya aku juga udah biasa kaya gini. Ya memang, aku udah kebiasaan telat masuk sekolah padahal sekarang aku sudah mulai duduk di bangku SMA. Dan hari ini adalah hari pertama aku sekolah di SMA permai. Selalu aku tinggalkan kamar berantakan, tanpa aku sentuh sedikitpun sebelum aku berangkat sekolah. Tentunya karena aku gugup. Tapi ibu selalu membereskan kamarku dengan rajin, menata buku yang berserakan, membereskan baju-bajuku, sampai melipat selimut yang aku pakai.
Teguran dari guru seperti angin berlalu saja, walaupun kadang aku sadar, tapi tetep aja aku nggak bisa buat berubah. “ya gue juga sebenernya nggak pengen telat, tapi mau gimana lagi, kayanya udah jadi kebiasaan dari SMP dulu deh Nit, san,” jawabku kepada dua sahabat baruku Nita dan santi, membuat mereka kompak menjuluki aku sebagai Mrs. Late, hihi. Sepulang sekolah kami menghabiskan waktu untuk jalan-jalan ke mall dan pulang ke rumah sampai pukul 20.30 WIB.
***
“Dari mana aja kamu?! Jam segini baru pulang?” bentakan kak Yogi, yang melihatku datang masih dengan seragam SMA.
“Dari mall, kenapa lo marah-marah mulu sama gue, gue juga nggak pernah kok ikut campur urusan lo,” kak Yogi melirik mataku dengan tajam,
“Sudah sudaah, cepat pergi mandi Yolla, terus makan ya….” kata Ibu melerai kami yang sedang bertengkar. “Ibu terlalu memanjakan dia!” kata kak Yogi sambil lalu.
Selesai makan Ibu masuk ke kamarku, dengan penuh kelembutan Ibu bicara agar aku tidak pulang larut malam, izin sebelum pergi, dan hilangkan kebiasaan telat. Biasakan rapikan kamar sebelum pergi… dan blaa blaa bla. Intinya seperti itu, Ibu memang sangat cerewet. Tapi, ibulah yang selalu menolongku saat monster (kak Yogi) udah marah-marah nggak jelas. Tapi kata ibu, kak Yogi marah karena sayang sama aku. Kulihat raut muka Ibu yang sudah mulai menua, Ibu memegang tanganku erat. Lalu kami berdua berpelukan, dan ibu mencium keningku kemudian menyuruhku untuk segera tidur.
***
Tidak ada makanan di meja makan. Yup, hari ini hari minggu, dan kami memutuskan untuk pergi sarapan diluar bersama ayah, ibu, aku dan kak Yogi. Bukan hanya sarapan, juga jalan-jalan mengelilingi kota Semarang. Kak Yogi kalau ada ayah dia aman. Ibu membelaku dan ayah membela kak Yogi. Suasana bahagia ada saat kami bersama, dan saat-saat seperti inilah kak Yogi bersikap baik denganku. Bahkan kami terlihat layaknya kakak adik yang sangat kompak. Padahal?
“Yolla……..” teriak Ibu sambil berlari ke arahku. Ya ampun, truk besar dengan kecepatan tinggi datang ke arahku, dan aku langsung lari menyebrang jalan tanpa melihat sekelilingku. Berkali-kali ku dengar suara klakson. Tapi, terlambat. Sepersekian detik truk itu berlalu. Heran, tubuhku baik-baik saja, hanya  ada luka sedikit karena aku berhasil menyebrangi jalan meski terjatuh disamping jalan. “Ibu….” Teriakku, dan segera kupeluk Ibu. “kamu nggak apa-apa Yola?” Ibu berusaha menanyakan keadaanku meski dengan terbata-bata. Aku hanya menggeleng tak mampu berkata-kata, dengan sudah bercucuran air mata, juga sambil menahan sakit dikakiku yang ternyata berdarah sejak tadi. Lalu kurasakan pelukan Ibu melemah, dan ambruk begitu saja. Kutahan ibu agar tak benar-benar jatuh. Kak Yogi dan Ayah segera menghubungi ambulan. Dan semaunya sudah terlambat, ibu tak mampu bertahan lagi.
*****
Satu tahun kemudian….
From : kak Yogi 089934******
Yolla, pulang sekolah ntar biar kaka jemput yah, pengen ngajak jalan2 kamu sama kak Intan juga nanti,
Aku hanya tersenyum geli membaca sms kak Yogi. Hebat! Kakakku yang dulu super duper galak, sekarang berubah menjadi sosok yang sangat menyenangkan. Apalagi sekarang udah punya pasangan baru kak Intan, yang juga akrab sama aku. dimulai sejak kepergian ibu, kak Yogi berubah menjadi sosok yang menyayangiku. Kadang aku sangat merindukan ibu, omelan-omelannya yang kadang aku sepelekan, perhatiannya yang tak aku sadari, doa-doanya sepanjang malam, nasehat-nasehat baiknya, semuanya membuat aku merasa sangat rindu dengan ibu.
Maafkan semua kesalahan Yolla bu, maafkan Yolla yang terlalu manja, dan merepotkan ibu. Tapi ibu dengan sabar merawatku sampai sedewasa ini, dengan penuh kasih sayang, dengan penuh perhatian. Semua yang ibu lalukan adalah demi kebaikan Yolla. Demi masa depan Yolla. Terimakasih ibu, untuk segalanya, untuk semua kasih sayang yang tak mampu terbilang dan tak mampu terbalas, sebelum kepergianmu. Yolla sayang ibu, bahkan sangat menyayangi ibu. Kita, ayah, kak Yoga, Yolla akan menyusul ke tempat ibu sekarang berada, tapi ntah kapan. Berbahagialah di sana bu, tenanglah disana. Kembali Yolla katakan, Yolla sangat sangat menyayangimu Ibu, I Love U mom. U’r my Everything …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar